Alasan Belajar Sejarah Sangat Besar Manfaatnya bagi Suatu Bangsa

Alasan Belajar Sejarah Sangat Besar Manfaatnya bagi Suatu Bangsa – Jika mendapatkan pertanyaan “Belajar sejarah sangat besar manfaat nya bagi suatu bangsa, karena …”, apa yang kamu pilih?

A. Dapat mengetahui kehidupan masa lalu

B. Mengenal peristiwa yang telah terjadi

C. Mengenal tokoh-tokoh yang menjadi pahlawan bangsa

D. Menjadi pedoman dalam perjalanan bangsa di masa datang

Jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah D. Menjadi pedoman dalam perjalanan bangsa di masa datang.

Manfaat Belajar Sejarah

Mengapa prisonersamongus dikatakan bahwa belajar sejarah sangat besar manfaatnya bagi suatu bangsa karena dapat menjadi pedoman bangsa di masa yang akan datang? Karena melalui sejarah, kita bisa mengetahui peristiwa apa saja yang pernah terjadi di masa lampau dan menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang juga bisa kita terapkan untuk masa depan.

Mengutip dari buku Sejarah: Untuk kelas 1 SMA, M. Habib Mustopo, 2005, secara umum, dengan mempelajari sejarah, kita akan mendapatkan banyak manfaat dalam berbagai bidang, seperti pengetahuan, inspirasi, profesi, edukasi, analisa, hiburan dan pastinya pedoman hidup.

Manfaat Belajar Sejarah bagi Suatu Bangsa

Ada beberapa manfaat lainnya dalam mempelajari sejarah bagi sebuah bangsa, antara lain:

Untuk Mengetahui Peristiwa atau Kejadian di Masa Lalu

Manfaat mempelajari sejarah yang paling utama adalah untuk mengetahui secara detail tentang apa, siapa, kapan, di mana dan seperti apa dampak dari peristiwa yang terjadi di masa lalu tersebut.

Dapat Menjadi Sumber Inspirasi dari Kisah atau Ceritanya

Kisah atau cerita sebuah peristiwa sejarah juga bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi, bukan hanya untuk urusan personal atau individu, melainkan juga bagi sebuah negara. Misalnya, Indonesia yang pernah dijajah selama ratusan tahun pasti akan bisa menemukan inspirasi dari peristiwa bersejarah tersebut sehingga bisa bertindak lebih baik.

Dapat Dijadikan Sebagai Sarana Edukasi

Hampir semua negara di dunia, menjadikan sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang didapatkan di bangku sekolah. Alasannya jelas, karena sejarah bisa menjadi salah satu media atau materi pembelajaran dan sarana edukatif untuk pelajar. Dengan mempelajari sejarah, kita akan mengerti tentang sejarah masa lalu dan siapa saja tokoh yang terlibat di dalamnya.

Baca juga: 10 Universitas Terbaik di Indonesia yang Memiliki Banyak Peminat

Dapat Dijadikan Sebagai Pedoman Berbangsa dan Bernegara

Terakhir, belajar sejarah sangat besar manfaatnya bagi suatu bangsa karena bisa dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan tentang bagaimana menjalankan politik dalam kehidupan bernegara.

Ada banyak sekali peristiwa di masa lalu yang bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk diambil ilmunya dan dijadikan sebagai pedoman bangsa.

Itulah alasan belajar sejarah sangat besar manfaatnya bagi suatu bangsa. Semoga dapat menambah wawasanmu.

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan yang Wajib Diketahui

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan yang Wajib Diketahui – Saat menempuh pendidikan sekolah menengah, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah guru BK atau Bimbingan Konseling.

Bimbingan Konseling adalah bantuan dari seorang ahli untuk peserta didik dengan cara tatap muka.

Tujuannya sendiri jelas untuk membantu peserta didik berkembang secara optimal.

Nah, di artikel kali ini, kita akan membahas jenis-jenis layanan bimbingan konseling secara rinci.

9 Jenis Layanan Bimbingan Konseling di Pendidikan

Selama ini kita mengira bimbingan konseling hanya mempunyai satu jenis saja. Padahal, dikutip dari buku Dasar-Dasar Konseling karya Drs. Abu Bakar M. Luddin, ada 9 jenis prisonersamongus.com layanan bimbingan konseling yang harus kamu ketahui.

1. Layanan Orientasi

Layanan ini ditujukan untuk siswa baru guna memberi pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru saja dimasuki. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan orientasi adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

2. Layanan Informasi

Layanan ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk peserta didik, contohnya mengenal diri.
Sama seperti layanan orientasi, fungsi utama bimbingan yang didukung adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Bertujuan untuk memperoleh tempat yang sesuai bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Fungsi utama yang didukung adalah pencegahan, pemahaman, pengentasan, advokasi, pengembangan dan pemeliharaan.

4. Layanan Penguasaan Konten

Bertujuan untuk memungkinkan siswa memahami serta mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan dan kecepatan yang cocok.

Fungsi utama yang didukung adalah pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan pemeliharaan.

5. Layanan Konseling Perorangan

Bertujuan agar siswa mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan konselor dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.

6. Layanan Bimbingan Kelompok

Memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan acuan untuk mengambil keputusan. Fungsi utama yang didukung adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.

7. Layanan Konseling Kelompok

Memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok. Fungsi utama yang didukung ialah fungsi pengentasan.

Baca juga: 5 Kampus Terbaik di Asia untuk Jurusan Kuliah Psikologi

8. Layanan Konsultasi

Memungkinkan siswa memperoleh wawasan pemahaman dan cara yang perlu dilakukan dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Fungsi utama yang didukung ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

9. Layanan Mediasi

Terakhir, bertujuan untuk membantu siswa mencapai kondisi hubungan yang kondusif dsn positif. Fungsi utamanya ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Nah, itu dia 9 jenis layanan bimbingan konseling di institusi pendidikan yang perlu kamu ketahui. Semoga bermanfaat ya!

Paradigma Pendidikan Holistik

Paradigma Pendidikan Holistik – Keluarga, sekolah, dan lingkungan merupakan tiga komponen utama dalam proses pendidikan yang berkesinambungan. Ketiganya terlibat membentuk karakter peserta didik dalam porsi relatif berbeda.

Kecuali lembaga pendidikan berasrama seperti pesantren atau boarding school, di mana peran ketiga elemen tersebut nyaris melekat seluruhnya pada institusi selama proses pendidikan berlangsung.

Namun, dalam situasi umum proses pendidikan di Indonesia yang menganut konsep pendidikan beragam, antara yang full day dan boarding, tiga elemen itu seperti punya peran terpisah. Mindset masyarakat kita tentang pendidikan, umumnya menempatkan  prisonersamongus.com institusi resmi, yaitu sekolah, sebagai pusat transfer kognitif atau hal-hal yang bersifat akademis.

Sementara pembentukan karakter seolah diserahkan kepada keluarga dan lingkungan. Padahal, peran ketiganya tidak harus terpecah dalam dikotomi sempit yang justru menghambat proses optimalisasi pendidikan. Keluarga, sekolah, dan lingkungan secara fungsional semestinya mengelaborasi semua fungsi pendidikan di mana pun ketiga ‘institusi’ ini dapat menjangkau peserta didik.

Dampak dari dikotomi tersebut sangat terlihat di masa-masa adaptasi pembelajaran akibat COVID-19 ini.

Orang tua dan lingkungan tampak gagap ketika anak harus belajar secara virtual, school from home.

Institusionalisasi pola pikir bahwa sekolah tempat belajar akademik dan keluarga serta lingkungan tempat belajar karakter, mengakibatkan ada yang terputus dalam proses transfer nilai dan ilmu pengetahuan terhadap anak-anak kita. Paling kentara, terlihat dari semangat belajar yang fluktuatif, atau bahkan cenderung lemah ketika berada di lingkungan yang selama ini dilabeli sebagai “bukan sekolah”.

Proses pendidikan semestinya menanamkan nilai dasar pada anak didik, bahwa semua tempat adalah sekolah, semua orang, termasuk teman dan lingkungan adalah guru. Bila ini menjadi paradigma dasar masyarakat kita dalam memposisikan proses pendidikan, maka anak-anak kita punya banyak ruang pembelajaran. Jadi kaya khazanah pengetahuan, wawasan dan bisa terlibat dalam berbagai seleksi nilai maupun karakter yang mereka jumpai sepanjang perjalanan hidup. Paradigma ini, juga menuntun kita melihat bahwa kehidupan merupakan proses pendidikan sepanjang hayat.

Kabar baiknya, beberapa lembaga pendidikan yang memang dikelola lebih modern dan berpikir maju, sudah lama meninggalkan tradisi pemecahan fungsi tiga elemen pendidikan itu. Mengadopsi paradigma pendidikan holistik. Khususnya diterapkan oleh sekolah-sekolah swasta yang kurikulumnya dirancang dan di-develop sesuai intuisi masa depan di mana dinamika ilmu pengetahuan terus berkembang.

Model pendidikan seperti ini pula yang dikembangkan di Insan Cendekia Madani (ICM). Sekolah yang saya dirikan sepuluh tahun yang lalu, mengelaborasi banyak materi pendidikan. Mulai dari pengayaan gagasan dari rahim ideolog dan cendekiawan muslim yang kemudian kita sebut sebagai Prophetic Curriculum, hingga penerapan Kurikulum Cambridge yang terstandardisasi secara internasional.

Pendidikan berkarakter yang direfleksikan melalui integritas intelektual dan kapasitas moral, merupakan buah dari terbangunnya paradigma pendidikan holistik. Sebaliknya, bila dunia pendidikan dipandang secara parsial dan institusional, maka kita akan menemukan banyak cacat moral dan integritas.

Bahkan terhadap orang-orang yang dalam ukuran akademis tergolong berada di kasta tertinggi.

Betapa banyak misalnya, figur yang menyandang gelar akademis tinggi, namun terjerat kasus hukum dan moral. Tidak sedikit pula orang yang memperdagangkan gelar akademik bagai komoditas, karena pandangan parsial terhadap proses pendidikan. Dekadensi moral tidak mengenal stratifikasi akademis. Itulah salah satu akibatnya bila tidak utuh memotret proses pendidikan.

Selain soal paradigma pendidikan holistik yang belum diterapkan sebagai mainstream dunia pendidikan kita, tantangan lain yang kita hadapi adalah mewujudkan pendidikan berkeadilan. Dua hal ini saling bertalian. Pendidikan yang adil tidak akan pernah bisa diwujudkan sepanjang cara pandang kita terhadap pendidikan terkooptasi oleh stratifikasi artifisial. Pendidikan berkeadilan hanya bisa diwujudkan dengan mengubah dasar paradigma kita terhadap proses pendidikan yang mengintegrasikan tiga komponen: Keluarga, sekolah lingkungan.

Pendidikan berkeadilan berarti soal akses. Pendidikan berkeadilan adalah menjamin semua input dalam proses pendidikan bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Tanpa terkecuali. Tapi bila kita memandang, misalnya, hanya sekolah tempat belajar akademis, artinya secara otomatis di sana terjadi limitasi terhadap akses input.

Ada border kasat mata yang dibangun, sehingga seolah mengirimkan pesan bahwa pencapaian akademis hanya bisa didapat di sekolah. Padahal, belum tentu semua lapisan masyarakat bisa mengakses sekolah tersebut. Dalam bahasa yang lebih teknis, kita tidak mungkin memaksa masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk mendaftar di sekolah berlabel “unggulan”.

Karena itu, di Insan Cendekia Madani (ICM) yang sejak awal mengusung paradigma pendidikan holistik, selain mengintegrasikan tiga elemen pendidikan, jaringan ICM juga membuka akses melalui beasiswa pendidikan berkualitas. Kuota 20% pendidikan cuma-cuma secara proporsional dan terukur.

Untuk membangun mutu pendidikan, ICM tentu membutuhkan sokongan finansial.

Tapi kebutuhan itu, tidak lantas menjadikan institusi pendidikan sebagai wadah mengakumulasi kapital, atau dalam bahasa yang lebih vulgar, menyimpang dari misi spiritual, sosial, kebudayaan menjadi misi industri berorientasi profit. Tidak.

Baca juga: Mengelola Pendidikan untuk Anak Bangsa

Pada gilirannya, pendidikan berparadigma holistik yang dibangun secara profesional, tumbuh memukau.

Mendapat sambutan luas dari masyarakat dan diapresiasi oleh stakeholders pendidikan. Baik oleh pemerintah maupun Non-Government Organization (NGO).

Yang paling merasakan benefit, tentu saja peserta didik dan orang tua siswa.

Apalagi, institusi bisnis bahkan melihat paradigma pendidikan holistik ini sangat feasible. Sehingga tawaran kerja sama, kemitraan dan kolaborasi datang dari berbagai arah.