Mengenal Program Early Years di Jakarta Intercultural School

Mengenal Program Early Years di Jakarta Intercultural School – Setiap orang tua ingin sang anak mempunyai masa depan cemerlang. Untuk mencapai hal itu, banyak orang tua yang menyekolahkan anak di sarana pendidikan prisonersamongus terbaik sejak dini.

Ya Moms, pendidikan usia dini (pre-school) sejatinya lebih dari sekadar persiapan menuju sekolah dasar. Menyekolahkan anak sejak dini dapat mendukung kebutuhan sosial, emosional, kognitif, serta fisiknya. Kegiatan-kegiatan yang ada di pre-school diharapkan dapat mendidik si kecil menjadi pribadi yang peduli, cakap, dan bertanggung jawab.

Apalagi, pre-school biasanya diadakan untuk anak usia 2-6 tahun. Pada masa ini, anak sedang mengalami tahapan tumbuh kembang yang pesat. Berbagai penelitian di bidang neurologi menunjukkan 50 persen kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 5 tahun pertama, Moms. Kurun waktu tersebut biasa disebut dengan usia emas anak.

Hal itu juga yang mendasari program Early Years di Jakarta Intercultural School (JIS). JIS percaya, usia emas anak merupakan waktu krusial untuk membangun landasan para siswanya menjadi pribadi dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan penuh kecintaan akan proses belajar. Kepribadian itu yang ingin dipupuk JIS sejak anak masih bersekolah di pre-school, Moms.

JIS Early Years merupakan program pendidikan untuk anak usia 3-6 tahun. Pada program ini, JIS akan melihat orang tua sebagai partner yang bisa mendukung proses pembelajaran anak, sehingga Anda bisa memberikan masukan untuk memaksimalkan bakat anak selama di sekolah.

Dengan menghadirkan para pengajar berkualitas, JIS akan memberikan pengalaman belajar anak sesuai kemampuan dan potensinya dalam bidang seni, pendidikan jasmani, pembelajaran bahasa, serta kecerdasan intelektual.

Lisa Mandeville, guru Early Years mengatakan, anak akan diajak bermain selama proses pembelajaran. Meski begitu, JIS tetap memasukkan unsur-unsur yang bisa mendukung kecerdasan emosional dan sosial anak sekaligus perkembangan fisik, bahasa, maupun matematikanya.

“Kami mengarahkan para siswa menjadi versi terbaik untuk dirinya dan masyarakat. Misal, (kami mengajarkan) apa yang harus mereka lakukan ketika teman-temannya tidak mau berbagi,” lanjutnya.

Senada dengan Lisa, Allyson Puls-Dharmadji juga mengatakan hal yang sama. Guru yang telah mengajar di JIS sejak 30 tahun silam itu menyebut, JIS mempunyai serangkaian program yang disesuaikan dengan minat dan bakat anak yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang si kecil selama ia bersekolah di Early Years.

“Pekerjaan anak-anak adalah bermain. Karenanya, program yang diterapkan JIS sangat berbasis pada permainan anak yang aktif agar mereka bisa learning by doing (belajar sambil melakukan sesuatu),” jelas Allison.

Early Years di JIS: Ajak Anak Bermain sambil Belajar

JIS memberikan banyak cara dan media berbeda untuk mengembangkan bakat anak. Mulai dari melukis, menari, memainkan peran, dan lain sebagainya. Allison menjelaskan, dengan berbagai bahasa yang dikuasai para guru JIS Early Years, anak-anak jadi mudah berkomunikasi dan mengekspresikan diri.

Tak hanya itu, sebelum pandemi, program JIS Early Years juga sering mengajak anak bermain di luar kelas. Menurut Allison, saat berada di alam, anak bisa memilih sendiri benda-benda yang memancing rasa ingin tahunya. Hal itu akan membentuk sebuah gagasan di otak anak mengenai pemahaman akan suatu benda.

“Ada banyak warna, garis, bentuk, pola, dan segala macam hal yang berasal dari alam. Saat menemukan benda yang memantik rasa ingin tahunya, anak akan termotivasi untuk mempelajari benda tersebut. Jadi, alih-alih mengajarkan teori secara langsung, kami ingin membebaskan anak memilih apa yang mereka suka (untuk dipelajari),” kata Allison.

Selain membebaskan anak mengeksplorasi hal-hal yang ada di alam, JIS juga menerapkan pelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dengan tim. Lisa menjelaskan, metode ini dapat meningkatkan kecerdasan sosial emosional anak karena mereka diajak untuk berkolaborasi dengan siswa lain.

Salah satu proyek yang pernah dijalankan adalah membuat boneka kelelawar. Setelah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, para siswa harus mencari peralatan yang diperlukan dan menjahit bonekanya dengan tangan-tangan mereka.

“Mereka (para siswa) harus menemukan jenis bahan dan mengukurnya dengan tepat karena boneka yang dibuat akan memperlihatkan detail-detail tubuh binatang. Jadi (pada kegiatan itu) anak-anak dilatih untuk memecahkan masalah sekaligus memahami konsep pengukuran,” jelas Allison.

Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris di Early Years, JIS menyiapkan berbagai media visual yang mudah dimengerti anak, seperti menyanyikan lagu atau membaca buku. Dengan kata dan kalimat yang sering diulang dalam media-media tersebut, para siswa jadi lebih mudah mengerti Bahasa Inggris.

Baca juga: Tips Terapkan Metode Fun Learning untuk Anak

Selama pembelajaran jarak jauh dilakukan, Lisa, Allison, maupun guru-guru lain di Early Years JIS tetap memberikan pelajaran interaktif kepada anak-anak. Lisa bahkan mengaku belajar online hampir tidak ada bedanya ketika ia mengajar di kelas.

“Saya benar-benar terkejut betapa kuatnya hubungan kami (para guru dan siswa). Memang, ada beberapa situasi yang membedakan belajar online dan belajar di sekolah, seperti ketika kami bertemu di taman bermain sekolah saya bisa tahu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan mereka secara langsung. Namun, (selama belajar online) kami tetap mendengar cerita satu sama lain. Jadi, keduanya (baik belajar di sekolah maupun online) sama-sama menarik,” tutup Lisa.